Episode 3. Don’t Cry, Randy


Selama gue berteman sama yang namanya “ Rendy Aji Nugroho”, gue gak pernah liat dia sedih, gak pernah liat dia manyun apalagi liat dia nangis, tapi kali ini berbeda tiga ratus Sembilan puluh lima derajat, wajahnya murung, wajah terjelek dari segala jenis wajah yang pernah gue liat dikampus ini, sebagai teman yang baik gue nyoba deketin dia untuk bicara dari hati kehati, cyeeee…. Tapi bukannya bicara dari hati kehati gue baru niat ngedeketin, temen gue itu palah melengos pergi, wah wah wah padahal niat gue baik bukan untuk ngejek meski sedikit terselip rencana untuk mengejek rendy,hahhaaa
Gue ketemu rendy lagi di taman, wajahnya masih murung seperti dompet diakhir bulan, murung semurung-murungnya, gue deketin dia, eh rendy meringis dia ngajakin gue ke mini market.
“ lo murung bukan karena laper terus gak punya duit kan ren ? “ Tanya gue
“kata siapa gue murung, enggak “. Jawab rendy
“ terus kenapa lo dari tadi diem terus “. Sanggah gue
“ cie gadis gado-gado diem-diem ngefans ke gue, ciyeee”. Rendy mulai kembali bergurau
“ apah ? ngefans ke elo? Gak salah ? gue lebih baik ngefans sama kiwil daripada ke elo “. Jawan gue
“ cieeee jenong ngefans sama kiwil cieee”. Gurau rendy lagi
Gue manyun, jurus terakhir gue ketika sedang sebel sama seseorang. Tapi sebenarnya ada yang aneh dari gurauan rendy, berasa gak tulus dan gak niat gitu deh, matanya gak bisa dibohongi kalau rendy tengah ada masalah.
“ ciee rendy “. Kata gue
“ kenapa lo ? ayan? “. Sahut rendy
“ kok tau ? kan ketularan elo “. Kata gue , lalu gue ngomong apa yang gue heranin sama rendy semenjak pagi, rendi masih diem bahkan terlihat pura-pura so unyu-unyu padahal ada sesuatu yang tersimpan dihatinya. Husssttt gue ngeluarin jurus pamungkas gue menghipnotis rendy biar rendy masuk ke alam bawah sadarnya lebih dalam, lebih dalam dan lebih dalam, tapi berkali-kali gue gak berhasil, karena memang gue gak punya ilmu hipnotis, hikhikhik yang ada hanya kepala gue jadi sasaran empuk rendy untuk menjadikannya mainan serupa shincan yang  dijitak mamanya setiap melakukan kesalahan.
            Kali ini gue lebih serius, gue Tanya rendy lagi. “ ren, lo gak usah muna deh lo pasti sedang ada masalah yah? Lo gak diakui anak lagi sama orang tua lo ya ren ? atau lo baru lepas dari penculik karena penculik gak tahan sama bau badan lo? Begitu ren ? “ Tanya gue ngotot.
Rendy natap gue, mata gue hamper copot ditatapnya.
“ biasa aja kali gak usah lebay”. Kata rendy sambil memencet hidung pesek gue
“ gue… “ sambung rendy
“ gue apa ren ? “. Gue tak sabar mendengarkan cerita mistisnya
“ gue sebenernya lagi galau “. Kata rendy
Gue ketawa, gak nyangka aja seorang rendy bisa galau. Seorang rendy yang tiap hari ngisengin orang yang lagi galau ternyata bisa galau juga.
“ lo gak pantes galau kali ren”. Jawab gue
“terus lo pikir hanya elo yang pantes galau, gue enggak gitu. Gue juga manusia jane, hati gue juga bisa merasakan apa yang elo dan temen-temen rasain”. Kata rendy, gue hanya diem waktu itu berharap rendy melanjutkan kisahnya.
“ orang yang gue sayangin ternyata udah punya suami, jane”.
“ awalnya gue gak percaya, karna dia itu manis, imut-imut, lucu, baby face, gue nyaman banget sama dia, gue jatuh cinta jane, dan asal lo tau dia cinta pertama gue. Dari pertama gue masuk SMA sampai sekarang 5 tahun ini gue bertahan untuk mencintai dia jane, lo tau kan gue gak pernah galau karna hidup gue udah dihiasi Lusi, dia pindah ke malang 2 tahun lalu dan gue janji sama lusi kalo gue udah mapan, gue bakal jemput lusi buat gue bawa ke pelaminan, hubungan kita aman-aman aja selama ini, hingga detik ini pun gue masih sayang kita masih ngobrol ngebahas janji-janji gue dulu “. Rendy terlihat murung
“ terus, darimana lo tau Lusi udah bersuami, buktinya apa ? “ Tanya gue penasaran
“ kemarin malam abangnya kesini mampir kerumah gue, karna dia tau dulu gue deket banget sama Lusi, padahal hingga Lusi bersuamipun kita masih dekat meski gue gak tau status sesungguhnya, abangnya nyeritain semuanya dan meminta maaf karena tidak sempat mengundang karena mendadak. Lusi hamil duluan Jane, gue sakit banget Jane. Sebegitu busuknyakah Lusi, tapi gue sayang dia jane. Gue sayang dia”. Kata rendy matanya mulai berkaca-kaca
Gue bingung mau gimana nenangin rendy, mata gue udah berlinangan air mata waktu itu, gue inget Lukas, dan gue tau seperti apa rasanya ditinggalin sama orang yang udah bener-bener kita sayang.
“ ren, lo kan sering bilang ke gue cinta itu gak harus memiliki “. Kata gue
“ tapi kenapa lo yang nangis, lebay lo “. Kata rendy
“ gue memeriahkan cerita lo yang so dramatis, histeris dan mistis itu ren “. Sanggah gue
Kita ketawa aja saat itu, tapi gue masih melihat mata rendy rapuh, dan so pasti hatinya lagi rapuh juga.
“ don’t cry rendy, sama Sasa aja yah “. Kata gue sembari menunjuk gadis berkerudung pink dengan baju dan segala sesuatu yang berwarna pink juga, tengah berada di bawah pohon jambu.
“ boleh “. Jawab rendy sambil bermata genit
“ yang pasti sekarang gue mau belajar sama kata-kata gue yang gue khutbahin buat elo kalau cinta itu gak harus memiliki, biar cinta terhapus waktu berlalu…”. Kata rendy so puitis
Gue mengangguk-angguk saja.





0 komentar:

Posting Komentar