Cinta Diam-Diam


          Apa kau pernah jatuh cinta namun harus pura-pura tak merasakan ? atau kau pernah mencintai seseorang secara diam-diam, tak ada yang mengetahui selain kau dan Tuhan? hahaha....  ( aku juga pernah ) seberapa lama kau kuat menyimpan perasaan yang membuat hatimu menjadi tak karuan itu  ? setahun ? dua tahun ? seumur hidup dengan istilah kutunggu jandamu / dudamu ? benarkah ?
Beberapa orang mungkin mempunyai alasan sendiri kenapa dia harus bungkam atas perasaannya. Dari yang mulai karena malu, karena tak diijinkah orang tua, karena menghargai perasaan sahabat sampai karena menjaga diri supaya tidak terlibat lebih jauh dengan jalan menuju syahwat itu. Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah kau sendiri tahu bahwa kau harus menyimpan bahkan harus sedikit demi sedikit menghapus perasaan yang seharusnya indah itu ?
          Jika cinta seharusnya indah, kenapa masih harus ada perasaan yang terpendam dalam dan diam.

TAK SEPADAN – CHAIRIL ANWAR
Saya kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang saya mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi Eros
Saya merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Saya terpanggang tinggal rangk
a
Chairil Anwar
Februari 1943

         Sajak C. Anwar inilah salah satu sajak yang sangat saya sukai ketika tengah dalam keadaan penantian cinta yang diam, saya juga fikir sajak ini buah dari hasil penantian, entah dalam bentuk diam pun tidak, begitulah hasil penantian yang Tuhan berikan jalan lain, jalan lain disini tentu bukan jalan seperti yang kita harapkan bahkan mungkin sangat bertolak belakang, tapi mungkinkah hal yang bertolak belakang dengan harapan kita itu akan membuat kita bahagia ? bagaimana mungkin bisa ? Ya, tentu saja bisa karena maha besar Allah swt mampu merubah-ubah hati dan perasaan manusia, tentu setelah kau menyadari penantian itu sia-sia dan tak berarti bukan menjadi sebuah alasan untuk kau membenci seseorang yang kau nanti itu, karena ia tak sedikitpun mengerti tentang apa yang kau rasakan.
         Penantian, yang karenanya cinta harus diam tak semuanya berujung sia-sia, kembali lagi jika Tuhan memberikan jalan tentulah cinta diammu akan diam-diam juga dimengerti seseorang yang kau maksud, bahkan tidak menutup kemungkinan dia merasakan hal yang sama seperti yang kau rasakan, dan harus diam pula dengan alasan yang masing-masing orang mempunyainya. Kita berbaik sangka saja, dan harus tetap menyadari selalu bahwa semua jalan hidup ini telah diatur Allah swt, enjoy saja kau menjalaninya Allah mungkin selalu membebaskanmu kapan cintamu itu diam dan menyerahkan pada keputusanmu juga kapan kau akan mengungkapkan. So, lakukan apa yang menurutmu baik dan tidak melanggar norma serta adab-adab yang berlaku saja, hehe....

Jadi, apakah cinta masih harus diam ???

Bisa jadi YA bisa jadi TIDAK, sesuai yang mampu kau jalankan saja , Jika cinta seharusnya indah, kenapa masih harus ada perasaan yang terpendam dalam dan diam, namun jika diam membuat semua lebih baik kenapa harus menyatakan dan mengurai lara, nyatakan lalu ikhlas. Jika kau masih belum mampu menerima luka dan lara hasil ungkapan cinta, maka berdiamlah. Akan ada saat kau mengungkap segalanya, karena cinta sejati tahu kemana jalan pulangnya.
Oh ya, ini aku persembahkan sebuah sajak untukku dan untukmu tentang sebuah penantian, cek it.

Nanti aku mengerti yang menanti” - Sumiyati

Kekasihku yang bukan kekasihku
Aku menanti purnama tanggal lima belas kita bertatap
Menggali sedalam-dalamnya mata kita
Aku menyelami matamu dan kau menyelami mataku
Lalu kita merangkul langit malam itu
Membuka kedua tangan dan berdo’a, untuk bahagia

Kekasihku yang bukan kekasihku
Jika purnama lima belas masih saja menyeduh angin yang sepoinya begitu hambar
Aku kira kebahagiaan itu memang bukan padamu
Meski sulit berselam dimata yang lain selain matamu
Suatu saat, mungkin penerimaan akan menjadi lebih indah dari kebersamaan kita

Kekasihku yang bukan kekasihku
Aku masih belum bosan menanti
Dan akan pergi sendiri, mengerti

2014

0 komentar:

Posting Komentar