Lebih dari
apapun,
Tentang
sejuknya sukma dalam balutan hijaunya dedaunan, yang merongrong membelah mimpi
Pun mentari
mungkin akan lebih cepat datang menjemput kita
Mengamati inci
demi inci mata kita, seperti kita yang memandang jauh pohon-pohon teh dan
lembah
Kita memandang tanpa saling mengerti
Sibuk memanjakan
mata dengan hijau yang membentang di sehampar perasaan
Akan lebih dipedulikan
alam jika kita menengok kebelakang, sebenarnya
Bukan
menyesali, namun menghargai prolog hati
Apakah harus
kusudahkan kala mega merah menghampiri ?
Daun-daun akan
tetap hijau esok pagi, namun mungkin ada banyak yang sudah ditiduri mimpi yang
terlampau basi
Ah, peduli apa
aku
Enyahkan saja
karena masih ada daun lain yang bingarnya menimang-nimang mata
Cabut saja
itu, cabut saja yang mati
Hingga kita
mengerti
Kita tak akan
pernah tahu kapan kita pergi meninggalkan epilog cerita Illahi.
2014
0 komentar:
Posting Komentar