SAJAK TERKANTUK


Aku tengah duduk manis di kantor
Menikmati semilir AC di ruangan
Pukul dua, semangatku mulai kendor
Mataku sedikit menyipit
Kantukku mulai menjerit

Aku bangkit ; melepas kacamata dan ego yang bersarang di dada
Melihat keluar, ke jalan-jalan
Masih banyak pengemis di trotoar
Meminta fee dari pajak-pajak 
Orang hebat ; itu mimpi kami

Ku pakai lagi kacamataku
Biar mata empat, aku masih tetap selamat
Bisa membaca
Bisa berhitung
Bisa melihat keadilan-keadilan
Dan berita pencucian uang

Aku duduk kembali dikursi; bukan goyang
Kursi staf-staf yang masih menuntut belas kasihan
Pada langit,
Itulah suara demokrasi kami, bukan pegawai negri
Atau penghuni kursi dewan
Tapi turut berpuisi

Membenci para tukang korupsi

( Jakarta, 2 Mei 2014 )

0 komentar:

Posting Komentar