KOSONG


Ketika hidup justru tak memberiku satu pilihanpun saat aku ingin memilih, atau hanya aku yang tak mampu mendapati pilihan-pilihan ketika aku benar-benar merasa pada sebuah titik dimana orang biasa menyebutnya kosong. Kosong bukan selalu hal tentang hati dan siapa seseorang didalamnya namun barangkali kosong adalah perasaan dimana aku sendiri tak tahu harus berbuat apa, tak pernah mengenali tujuan hidup yang sebentar berapi-api dan  sebentar lagi pergi, begitulah kosong identik dengan cinta. Cinta dan kekosongan seakan sudah dikawinkan, diikat dengan benang emas dan dijadikan pasangan abadi sebagai label “Jomblo”. Ah entahlah.... ketika aku menyebut kosong bukan serupa itu namun ada sisi-sisi dimana kekosongan itu memang harus melulu mengenai hati dan seseorang didalamnya yang tengah tidur didalam cinta. Well, setiap seseorang pasti pernah merasakan perasaan yang tengah aku alami, berada pada puncak paling tinggi sendirian, tak tahu arah jalan pulang pun terjun masih merasa ketakutan maha dalam, inilah dilema yang dahsyat.

Maka aku hanya bisa berpasrah, menyerahkan ujung telapak kaki hingga ubun dan ujung nyawaku pada Sang Empunya, Alloh SWT. Ia ( Alloh SWT ) yang tak pernah merasakan kantuk meski tak sedetikpun tidur, tak pernah merasakan lelah meski harus selalu terjaga, yang maha mengetahui, bahwa setiap perjalanan adalah roda dimana kekosongan akan berganti keramaian dan kekosongan kembali seterusnya, Aku sungguh tak pernah ingin menyebut aku rapuh ketika aku menyadari bahwa perjalananku tak pernah dibiarkan melangkah sendiri, meski sebagai manusia sebodoh-bodohnya aku tetap merasa sepi tak berarti.

Waktu bergulir, entah mengapa aku merasa lebih cepat dibanding semasa aku kanak-kanak, ada yang lebih cepat menua pula dan tanpa apa-apa, Aku.... Aku bahkan takut menyebut miskin karena kekayaan terbesarku adalah keluargaku, maka seburuk rupa apapun aku dan keluargaku kita tetap keluarga bahagia, maka ketika kosong menyergap aku malu, aku malu pada keluarga bahagiaku, membahagiakan orang tua bukanlah beban namun tanggung jawab terbesarku saat ini, lalu apakah masih ada waktu untuk mencintai seseorang lain saat ini ?

Atau hanya aku yang membiarkan semuanya kosong ???
Atau hanya ketakutan, kebahagiaanku masih belum cukup untuk kubagikan dengan seseorang yang nantinya kupilih benar-benar untuk menjadi imam.

Tentang Kosong, dan tentang arah hidup, aku tak memiliki gambaran sedikitpun tentang itu, anggap saja aku bodoh dan bebal.

“ Bahwa hidup sudah diatur begitu sempurna sesuai qada dan qadarnya, akan tiba masa dimana yang terbaik akan berjalan pada yang baik dan jalan-jalan akan terbuka lebar berkah kesabaran “ aku percaya itu.

0 komentar:

Posting Komentar