Bagaimana pula aku yang sebatangkara
Mengindonesiakan Indonesia
Sementara aku miskin rupa miskin harta
Ilmupun tiada
Aku hanya hidup dengan segenggam hati
Yang kudzikirkan demokrasi
Serupa demo, demo, demokrasi
Aku menjerit tertahan dalam pelukan indonesia yang
tercampakan
Bagaimana tidak,
Televisiku harum parfum-parfum paris
Saat orang berdasi itu terlihat tengah diwawancarai soal
uang-uang negara yang tak jelas ujungnya
Belum lagi artis-artis dengan rok mini sibuk memamerkan paha
putihnya
Hahaha. . .
Aku tertawa saja melihat buaya darat makin mendarat
Matanya memelototi model-model cantik dengan high heel 15 cm
Ya timur ke barat
Ya barat ke timur
Dan siapa pula aku ?
Menjerit hingga bintang-bintang berjatuhan pun rasanya tak
akan ada yang peduli
Cuma bapak ibuku yang pasti mengasihi
Membisikan doa-doa untukku yang dicintai
Ya Illahi . . .
Sampai kapan pula pertiwi tidur menyepi setelah menangisi
diri
Dikira mati oleh anaknya sendiri
Ah, betapa ngeri penjajahan masa kini
Menyeluruh ke sendi-sendi
Merasuk kehati,
Lalu demokrasi adalah mata uang
Yang dengannya ada kekayaan
Tapi, kenapa pula aku tak kunjung berharta
Ya, rumit sekali ini puisi
Demokrasi bisa dibayari
Ah tamatkan saja.
Bagoess Summ (y)
BalasHapusmakasih :)
BalasHapus